Catatan Rizal Effendi
IBU KOTA NUSANTARA (IKN) pecahkan rekor MURI untuk pertama kali. Uniknya bukan pembangunan gedungnya yang cantik dan megah. Tapi ini sisi lain. Ada gerakan menanam 1.010 pohon kopi Liberika di sana, yang ternyata dicatat oleh Museum Rekor Indonesia sebagai sebuah prestasi dengan peserta terbanyak.
Pemberian penghargaan MURI itu berlangsung di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Sanggai, Kecamatan Sepaku, Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN, tempat lokasi penanaman. Jumlah 1.010 pohon itu diselaraskan dengan tanggal pelaksanaan yaitu Jumat lalu, tanggal 10 bulan 10. Angka cantik dan penuh berkah.
Penanaman dikomandani oleh Kepala Otorita IKN Basuki Hadimuljono alias Pak Bas didampingi Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Dr Myrna Asnawati Safitri dan Direktur Ketahanan Pangan Otorita IKN, Setia Lenggono. Juga ikut mendukung Bank Indonesia Nusantara dan PT Pupuk Kaltim.

Yang ikut menanam di sana tidak saja warga IKN, tetapi juga para petani kopi di sekitar IKN yang bergabung dalam Komunitas Petani Kopi Liberika Sepaku (KPKLS). Ada juga rombongan mahasiswa Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda. Jumlahnya yang datang tidak sedikit. Sebanyak 500 orang langsung dipimpin sang rektor, Prof Abdunnur.

Rektor mengaku bangga bisa terlibat dalam aksi hijau ini, yang menjadi implementasi nyata dari pola ilmiah pokok (PIP) Unmul yaitu hutan hujan tropis dan lingkungan (tropical rain forest and environment). “Sekaligus menerjemahkan landasan ilmiah universitas menjadi sebuah kontribusi konkret yang dapat dirasakan langsung dampaknya bagi lingkungan IKN,” tambahnya.
Dikatakan, kehadiran ratusan mahasiswa itu menunjukkan fungsi Unmul sebagai pemasok sumber daya manusia yang tidak saja unggul secara akademis, tetapi juga peduli terhadap isu lingkungan.
“Langkah ini juga merupakan wujud dukungan dan kontribusi nyata Unmul yang sejalan dengan cetak biru pembangunan IKN yang mengusung konsep forest city dan smart city,” kata Abdunnur.
Pak Bas dan Rektor Abdunnur tampak bersemangat menanam bibit kopi Liberika di sela-sela pohon eucalyptus. Diikuti peserta yang lain. “Insyaallah berkah dan akan menyejahterakan petani dan menjadi produk unggulan baru,” kata Pak Bas optimistis.
Begitu selesai penanaman dan penghitungan, Wakil Direktur Utama MURI, Osmar Semesta Susilo mengumumkan keberhasilan pemecahan rekor MURI dalam penanaman kopi Liberika. Selanjutnya dia menyerahkan piagam penghargaan dan mengalungi medali pemecahan rekor MURI, baik kepada Pak Bas maupun Rektor Unmul.

“Selamat atas pencapaian penanaman pohon kopi Liberika dengan peserta terbanyak di IKN. Semoga capaian ini menjadi langkah awal dari upaya panjang kita menjaga bumi dan memperkuat jati diri bangsa yang mencintai alamnya,” kata Osmar.
Penanaman pohon kopi Liberika di kawasan IKN sudah dimulakan pada awal Oktober lalu di Embung MBH. Itu dilaksanakan Otorita IKN bersama Dinas Perkebunan dan Pusat Penelitian Kopi Kaltim dalam rangka Hari Kopi Nasional.
Kegiatan penanaman itu dirangkai dengan acara diskusi dengan tema: “Menggali Potensi Pengembangan Kopi Liberika di Kalimantan Timur sebagai Komoditas Unggulan.”
KENAPA LIBERIKA?
Kenapa kopi Liberika dipilih dan ditanam di sekitar IKN? Bahkan menurut Dr Myrna akan dijadikan produk unggulan dari IKN. Padahal selama ini penikmat kopi lebih mengenal kopi Robusta dan Arabika.
“Kopi Liberika adalah kopi yang top karena rasanya berada di antara Arabika yang asam dengan Robusta yang keras,” kata Pak Bas setengah kampanye didampingi Ketua KPKLS, Sugiman.
Menurut Sugiman, penanaman kopi Liberika sebenarnya sudah dilakukan petani atau pekebun Sepaku sejak tahun 1981 atau 44 tahun silam. Tapi kemudian ditinggalkan karena masyarakat lebih mengenal Arabika dan Robusta. “Nah bersama Otorita IKN kami hidupkan kembali budidaya kopi Liberika,” jelasnya.
Liberika adalah akronim dari Liberia dan Afrika Barat, tempat asal kopi tersebut. Pada abad 19, jenis kopi ini didatangkan ke Indonesia untuk menggantikan kopi Arabika yang terserang oleh hama dan penyakit.
Ciri pohon kopi Liberika, ukuran daun, cabang, bunga, buah, dan pohon lebih besar dibandingkan Arabika dan Robusta. Berbuah sepanjang tahun dan ukuran buahnya cenderung tidak merata atau seragam.
Kopi Liberika memang sangat terkenal di Kalimantan. Cocok dengan karakter cuaca di sini dan bisa tumbuh di lahan gambut. Kopi Liberika asal Kecamatan Seponti, Kabupaten Kayong Utara, Kalbar pernah mendapatkan penghargaan pada kompetisi World Coffee Challenge 2022 Spanyol.
Sugiman membenarkan kopi Liberika tahan banting, karena bisa tumbuh di segala medan dan anti penyakit termasuk penyakit gambir. Juga prospektif dibanding kelapa sawit. “Setelah kami kalkulasi lebih menguntungkan,” jelasnya.
Menurut Pak Bas, kopi Liberika Sepaku bisa menjadi emas hijau baru di Kaltim. Apalagi permintaan pasar dari luar negeri cukup prospek. Belum lama ini ada permintaan 20 kontainer dari Qatar, sayangnya belum bisa terpenuhi.
Di kawasan sekitar IKN ada 2.000 hektare lahan yang bisa ditanami kopi Liberika. “Kita dorong petani untuk mengembangkannya. Cita-cita saya 2.000 hektare itu jadi kebun kopi Liberika,” kata Pak Bas. Dia juga bekerjasama dengan Bank Indonesia, Dinas Perkebunan dan Pusat Penelitian Kopi Kaltim memberikan pembinaan.
Selepas menulis berita ini, saya ingin merasakan nikmatnya menyeruput kopi Liberika. Tapi kedai kopi yang saya singgahi mengaku hanya punya kopi Robusta dan Arabika. Malah saya disuguhi kopi hitam Kapal Api. “Nanti saya carikan ke IKN, Pak,” katanya seraya tersenyum.(*)