SAMARINDA – Pemerintah provinsi menargetkan kemandirian dari sektor protein hewani, sebagai bagian wacana swasembada pangan di Kalimantan Timur (Kaltim) tidak lagi sebatas beras atau jagung.
Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, menekankan bahwa swasembada tidak boleh dipahami secara sempit hanya pada komoditas tanaman pangan. Ia menilai, keberlanjutan pangan masyarakat juga ditentukan oleh ketersediaan protein hewani yang merata dan terjangkau.
“Ketahanan pangan harus dilihat secara utuh. Bukan hanya beras dan jagung, tetapi juga telur, daging sapi, dan daging ayam. Semua itu kebutuhan pokok yang menentukan kualitas gizi masyarakat. Kita ingin Kaltim bisa mencukupi dari produksi sendiri, tidak tergantung dari luar daerah,” ujar Seno, dalam kegiatan Bulan Bakti Peternakan dan Kesehatan Hewan, di Halaman Parkir Samarinda Square, Jalan M Yamin Samarinda, Kamis (2/10/2025).
Kebutuhan protein hewani di Kaltim terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan urbanisasi. Namun, data menunjukkan sebagian besar daging sapi dan ayam di wilayah ini masih didatangkan dari luar. Kondisi ini membuat harga rentan bergejolak ketika pasokan tersendat.
Di sisi lain, potensi pengembangan peternakan lokal sebenarnya cukup besar. Lahan yang luas dan ketersediaan bahan pakan menjadi modal penting. Persoalannya, produktivitas peternak lokal masih menghadapi kendala klasik: akses pembiayaan, teknologi, dan pasar.
Kepala Dinas Peternakan Kaltim, Fahmi Hilmawan, menegaskan bahwa misi besar swasembada protein hewani tidak bisa dikerjakan sendirian. Karena itu, Bulan Bakti Peternakan kali ini dirancang bukan sekadar ajang seremonial, melainkan ruang konsolidasi berbagai pihak.
“Kami melibatkan banyak elemen, dari pemerintah pusat, kabupaten/kota, asosiasi profesi, hingga akademisi. Peternakan bukan hanya soal produksi, tapi ekosistem. Kolaborasi inilah yang akan mempercepat pencapaian swasembada protein hewani di Kaltim,” jelasnya.
Ia menyebut keterlibatan organisasi profesi seperti asosiasi sarjana peternakan dan persatuan dokter hewan penting untuk memastikan aspek kesehatan ternak dan peningkatan kualitas produksi.
Langkah ke depan, Pemprov Kaltim tengah menyiapkan roadmap, pengembangan peternakan yang menitikberatkan pada tiga hal: peningkatan populasi ternak, modernisasi sistem budidaya, serta penguatan kelembagaan peternak lokal.
Bagi pemerintah, memperkuat peternakan lokal berarti memberi jaminan keberlanjutan pasokan. Bagi peternak, hal ini berarti membuka peluang peningkatan kesejahteraan melalui akses pasar yang lebih stabil.
Meski dikemas dalam bentuk peringatan Bulan Bakti, pemerintah menekankan bahwa inisiatif ini adalah bagian dari strategi jangka panjang. Pemprov Kaltim optimistis dalam beberapa tahun ke depan, produksi protein hewani lokal dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan masyarakat.
“Kami ingin peternak lokal menjadi tulang punggung kemandirian pangan. Dengan dukungan semua pihak, swasembada protein hewani bukan sekadar wacana, tapi target yang bisa kita capai bersama,” tutup Fahmi.
Kaltim menempatkan diri sebagai salah satu provinsi yang serius memperluas makna swasembada pangan. Tidak hanya mengejar kecukupan kalori, tetapi juga menjamin kualitas gizi masyarakat melalui kemandirian protein hewani.(*/mn)