
KUTAI TIMUR – Direktur Perumdam Tirta Tuah Benua Kutai Timur, Suparjan, mengungkapkan strategi baru dalam menghadapi kondisi air sungai yang semakin keruh. Pihaknya kini lebih fokus pada optimalisasi dan pemeliharaan peralatan di instalasi pengolahan air ketimbang terus-menerus menambah bahan kimia.
Hal ini disampaikannya dalam wawancara terkait naiknya tingkat kekeruhan air Sungai Sangatta yang menjadi bahan baku utama Perumdam. “Kalau kita beli bahan kimia terus, habis uang kita. Jadi alat yang ada di WTP (Water Treatment Plant) ini kita optimalkan agar tetap menghasilkan output terbaik meski kondisi kualitas air baku naik turun,” jelasnya.
Suparjan memastikan bahwa air hasil olahan saat ini masih memenuhi standar baku mutu dan telah melalui proses yang ketat. Namun, kualitas air baku yang fluktuatif membuat proses pemurnian menjadi lebih kompleks dan membutuhkan waktu lebih lama.
Dengan strategi optimalisasi peralatan WTP, PDAM Kutai Timur berharap dapat terus menyediakan air bersih berkualitas bagi masyarakat meski menghadapi tantangan kualitas air baku yang berfluktuasi.
“Tantangannya ada pada kualitas air baku yang berubah-ubah. Tapi kuncinya ada di alat dan proses kami. Kami jamin air olahan yang didistribusikan sudah sesuai standar,” tegasnya belum lama ini.
Direktur PDAM ini juga menyinggung pentingnya kolaborasi berbagai pihak dalam menjaga kualitas lingkungan, terutama aliran sungai yang menjadi sumber utama air baku. Menurutnya, masalah kualitas air baku tidak bisa diselesaikan oleh PDAM sendirian.
Terkait perlunya PDAM mendapat sentuhan program Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan-perusahaan, Suparjan menegaskan bahwa hal tersebut memang diperlukan mengingat dampak yang diterima PDAM akibat aktivitas industri di sekitar DAS Sungai Sangatta.
“Kalau bicara air baku, ini urusannya banyak pihak. Ada sawit, tambang, dan aktivitas lain. Kita mau tutup tambang? Kan enggak mungkin. Jadi mestinya perusahaan-perusahaan ini melakukan kegiatan pelestarian DAS Sungai Sangatta, karena kami yang menerima dampaknya,” ujarnya.
Suparjan berharap pemerintah daerah maupun provinsi bisa memberikan dukungan nyata dalam upaya menjaga kualitas air Sungai Sangatta. Ia mengakui bahwa pihaknya telah menyampaikan usulan dan harapan kepada pemerintah.
“Sudah kami sampaikan usulan dan harapan kami. Tapi menjaga air Sungai Sangatta tetap jernih seperti dulu, itu bukan hal mudah,” tegasnya.(Q)