
KUTAI TIMUR – Hamparan lahan penuh dengan tanaman pangan dan hortikultura menjadi pemandangan yang menenangkan bagi Jahira Sabang setiap pagi. Dengan tas berisi buku catatan dan peralatan lapangan, perempuan berusia 37 tahun ini menyusuri tepi lahan untuk bertemu kelompok tani di Desa Bukit Makmur, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur. Sebagai Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), Jahira menjadi saksi hidup bagaimana sentuhan pengetahuan modern dapat mengubah nasib petani di pelosok Kutai Timur.
“Petani itu butuh pendamping yang benar-benar hadir, bukan hanya secara fisik tapi juga dalam pikiran dan hati,” ucap perempuan yang akrab disapa Lili ini sambil membantu seorang petani memeriksa tanaman hortikulturanya.
Perjalanan Jahira sebagai PPL dimulai tahun 2010, setelah menyelesaikan pendidikannya di jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Mulawarman. Setelah mengalami rotasi di beberapa desa, kini Desa Bukit Makmur dengan lahan pertanian yang luas menjadi tanggung jawabnya.
“Wilayah desa dampingan saya memiliki jumlah kelompok tani dan areal lahan yang sangat luas,” jelasnya. “Setiap kelompok punya karakteristik dan tantangan berbeda dalam mengembangkan tanaman pangan dan hortikultura mereka.”
Jahira tak segan turun langsung ke sawah atau kebun berlumpur di tengah panas yang terik. Dengan sepatu boots yang selalu dipakainya, ia bergelut bersama petani mencari solusi atas berbagai masalah di lahan pertanian mereka. “Kita tidak bisa hanya bicara teori dari pinggir sawah. Harus turun langsung, merasakan apa yang petani rasakan,” tegasnya.
“Saya dan rekan PPL lainnya terus berjuang memberikan edukasi dan pendampingan yang konsisten kepada kelompok tani,” ujar Jahira. “Kami selalu menekankan bahwa kedisiplinan dalam merawat tanaman akan menghasilkan panen yang memuaskan.”
Meski sering pulang dengan badan letih dan kulit terbakar matahari, semangat Jahira tak pernah padam. Ia selalu mengingat motto hidupnya, “Hidup boleh sangat lelah tapi jangan pernah menyerah, karena proses dan kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil.” Prinsip ini pula yang selalu ia tanamkan pada para petani dampingannya.
Kesungguhan Jahira mendampingi petani membuka peluang kolaborasi dengan PT Indexim Coalindo yang tengah melaksanakan Program Pangan untuk Penghijauan sesuai amanat Peraturan Gubernur Kalimantan Timur No. 27 Tahun 2021. Melalui diskusi intensif dengan perusahaan dan Pemerintah Desa Bukit Makmur, lahirlah ide pengembangan area agrowisata yang diawali dengan penanaman 1.180 bibit pohon buah-buahan di lahan seluas 5 hektar.
“Kami berkolaborasi dengan tim dari PT Indexim Coalindo dan Pemerintah Desa untuk berbagai kegiatan program,” cerita Jahira. “Mulai dari persiapan lahan, pelatihan teknik budidaya tanaman hortikultura, hingga pengembangan demplot tanaman semusim.”
Kerja keras dan dedikasi Jahira mulai menuai hasil manis. “Salah satu pencapaian yang membanggakan adalah ketika kelompok tani dampingan kami berhasil memasok hasil panen buah-buahan untuk kebutuhan katering perusahaan,” ungkapnya dengan mata berbinar.
Bagi Jahira, kesuksesan ini bukan hanya soal nilai ekonomi, tapi juga tentang kepercayaan diri petani yang semakin tumbuh. Ketika petani melihat hasil panen mereka dihargai dan diakui kualitasnya, motivasi untuk terus belajar dan berkembang semakin besar.
Di bawah langit senja Kutai Timur, Jahira masih sering terlihat berdiskusi dengan para petani. Baginya, pendampingan adalah proses panjang yang membutuhkan kesabaran dan ketulusan. “Saya hanya ingin melihat petani kita berdaya dan sejahtera,” tutupnya dengan senyum yang menyiratkan harapan besar bagi masa depan pertanian di Kutai Timur. (*)