
BANYUWANGI – Masyarakat adat Banyuwangi, Jawa Timur menggelar prosesi resik lawon untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan yang diperkirakan jatuh pada 30 Maret 2025.
Resik lawon, yang berarti membersihkan kain mori atau kain kafan, merupakan ritual rutin yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat di lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Banyuwangi.
“Ini adalah tradisi pembersihan kain penutup petilasan Ki Wongso Karyo, seorang tokoh yang dihormati masyarakat setempat,” kata juru pelihara petilasan, Buyut Cungking, Jam’i, Kamis (13/2/2025).
Keturunan Ki Wongso Karyo bersama warga sekitarnya bergotong royong membersihkan petilasan dari debu dan kotoran, kemudian melepas kain penutup cungkup makam dan kelambu di sekitarnya, serta mencucinya di Dam Krambatan, Banyu Gulung, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah.
Kain penutup petilasan yang panjangnya mencapai 110,75 meter itu dicuci bersih, kemudian dibilas menggunakan air yang ditaburi bunga tujuh rupa di balai tajuk lingkungan Cungking.
“Puncak dari ritual ini adalah penjemuran kain lawon di jalan lingkungan Cungking,” kata Jam’i.
Kain-kain putih itu dijemur di bawah terik matahari, dan selama proses penjemuran, kain tidak boleh jatuh atau terkena tanah. Konon, jika hal itu terjadi, dipercaya akan membawa dampak tertentu bagi masyarakat. Resik lawon adalah salah satu tradisi unik yang masih hidup dan dilestarikan oleh masyarakat Banyuwangi.
Selain sebagai prosesi untuk membersihkan diri sebelum memasuki bulan Ramadhan, resik lawon juga merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur dan upaya untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang diwariskan secara turun temurun.
Masyarakat Cungking sangat antusias dalam mengikuti tradisi resik lawon. Laki-laki dan perempuan, tua dan muda, semuanya berpartisipasi dalam prosesi ini.
Mereka percaya bahwa dengan mengikuti tradisi ini, mereka akan mendapatkan berkah dan keberkahan dalam hidup.
“Tradisi ini juga menjadi daya tarik wisata budaya yang menarik bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih dalam tentang kekayaan budaya Indonesia,” ujar Jam’i.