BALIKPAPAN – Keberatan Pers di Kaltim sangat menentukan sebagai pilar demokrasi. Ada beberapa pendiri pers di Kaltim, yang masih hidup hingga saat ini tinggal satu yaitu pak Drs.H. Alwy AS, dan ada juga pelopor pers di Kaltim seperti Dahlan Iskan, karena beliau mulai merintis menjadi wartawan pada saat itu di Mingguan Mimbar Masyarakat di Samarinda dengan penanggung jawab pak Drs.H. Alwy AS.

Hal ini diungkapkan H. Rizal Effendi (mantan wartawan Kaltim Post dan walikota Balikpapan dua periode) pada saat acara Wartawan Legend Bedapatan ke-3 yang berlangsung di Teratai Convention Hall hotel Grand Tiga Mustika Balikpapan, Sabtu malam (28/12/2024).

Diungkapkan Rizal lebih lanjut, dibawa generasi pak Dahlan adalah generasi koran mingguan dan korespondensi, salah satunya adalah Ibrahim Konong koresponden Koran Harian Merdeka, diteruskan oleh Sudarsono Gunawan. ada Ibrahim Salaman dari Kompas, ada Maman Saputra koresponden Banjarmasin Post, saya Rizal Effendi dari Jawa post, Syafruddin Pernyata dari Harian Angkatan Bersenjata yang juga wartawan Mingguan Sampe.

“Pada tahun 1988 pertama kali Kalimantan Timur ada koran harian namanya Manuntung (sebelumnya merupakan koran mingguan milik humas Pemkot Balikpapan-red). Pada waktu itu nama Manuntung tidak populer dan oleh pak Dahlan Iskan tulisan Manuntung huruf G dibelakang di bikin huruf besar ManuntunG, sehingga banyak orang yang bertanya-tanya apa makna huruf besar G dibelakang tulisan ManuntunG.” kenang Rizal.

Setelah Manuntung jadi harian di Balikpapan disusul Koran Mingguan Suara Kaltim menjadi harian Suara Kaltim di Samarinda, dan berselang 5 tahun kemudian baru masuk koran harian Tribun dari group Kompas.

Rizal Effendi sebagai wartawan Legend yang didaulat sebagai Kepala Suku, karena di komunitas Wartawan Legend tidak ada pengurus yang dibentuk, menyampaikan dengan adanya Ibukota Nusantara (IKN) para pegiat pers harus segera membahas ada 3 hal pokok yang harus segera diperjuangkan oleh Pers di daerah Kaltim,
1. Agar segera dibentuk kelompok wartawan IKN
2. Harus kita perjuangkan pembangunan balai wartawan dan wisma wartawan di IKN, kita minta kepada pemerintah melalui Otorita IKN untuk meminta lahan dan membangunkan balai wartawan dan wisma Wartawan.
3. Kita harus tingkatkan kualitas wartawan, kalau tidak kita akan tergilas dari wartawan luar daerah semua, kita berharap wartawan IKN adalah wartawan Kalimantan Timur.

POKIR BUKAN BELAS KASIHAN

Rizal Effendi juga menyinggung soal mati hidupnya Media Pers saat ini bagaikan dipersimpangan jalan, mau hidup tapi harus terima hiba dari pemerintah daerah. Sementara ada pemerintah daerah yang baik, ada juga yang kurang baik.

“Hibah atau dana kerjasama dimanfaatkan pemerintah daerah untuk meredam suara-suara Wartawan. Padahal itu kewajiban pemerintah daerah untuk membina kehidupan pers di daerah,” jelas Rizal.

Rizal menyampaikan bahwa tidak menafikan saat ini media Pers di daerah hidup dari anggaran pemerintah daerah melalui kerjasama media, dan juga lewat anggota dewan perwakilan rakyat Daerah (DPRD) melalui kerjasama anggaran Pokok Pikiran (Pokir).

Anggaran media dan Pokir di Kalimantan Timur yang mencapai hampir ratusan miliar rupiah adalah Kewajiban pemerintah daerah untuk meningkatkan pers daerah menjadi pers yang sehat.

Peraturan Presiden (Perpres) yang mengatur platform digital sudah keluar Perpres nomor 34 tahun 2024 dimana kewajiban platform digital untuk menghargai karya media pers sehingga bisa memberikan haknya kepada karya media pers.

“Platform digital seperti google, tik tok, Facebook, YouTube menikmati karya-karya jurnalistik wartawan baik dari pembaca maupun dari iklannya, kita berharap jika karya itu sudah di bayar, maka media Siber tidak akan lagi kebergantungan dengan pemerintah daerah,” pungkas Rizal.(mn)

Loading