
TEPAT di tepi timur Kalimantan, tersembunyi sebuah surga kecil bernama Pantai Kenyamukan. Hanya berjarak 10 menit berkendara dari pusat Kota Sangatta. Kota kecil yang letaknya di Kutai Timur sebuah kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki APBD Rp14 triliun namun belum sanggup menyulap Pantai Kenyamukan sebagai potensi destinasi wisata baru untuk menambah pendapatan asli daerah (PAD).
Penulis : Ekky Yudistira
PANTAI ini menyimpan potensi wisata yang luar biasa, namun masih menunggu sentuhan ekstra untuk mekar sepenuhnya.
Saat sinar mentari pagi menyapa, pemandangan di Pantai Kenyamukan tampak mulai hidup. Aneka kapal nelayan berukuran besar dan kecil, berjejer rapi di dermaga Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Tiang-tiang ulin yang kokoh dihiasi tiram laut, seolah menjadi saksi bisu perjalanan waktu dan gelombang yang telah dilaluinya.
“Pantai ini punya kisah tersendiri. Dulu, saat saya masih muda, tempat ini hanya dermaga biasa. Sekarang? Lihat sendiri, sudah jadi tempat wisata,” kata Hendra memulai ceritanya.
Lelaki berusia setengah abad ini memiliki hobi memancing. Dalam keseharian, dia menghabiskan separuh hidupnya menggeluti hobi yang diakuinya dapat menghilangkan kepenatannya membutuhkan tenaga dan memeras otak berfikir. Bahkan memancing baginya juga sekadar hanya membunuh waktu.
Benar saja, Pantai Kenyamukan kini telah bermetamorfosis menjadi salah satu destinasi wisata lokal favorit di Kutai Timur. Saban hari, terutama di akhir pekan, pantai ini ramai dikunjungi warga yang ingin memancing atau sekadar menikmati udara segar sembari menyeruput kopi.
Namun di balik pesonanya, Pantai Kenyamukan menyimpan tantangan. Lantai gertak ulin kini mulai rapuh dan tercongkel menjadi pengingat akan kebutuhan renovasi. Di ujung dermaga, bagian yang miring akibat tiang dan lantai yang tak lagi menyatu menambah daftar panjang pekerjaan rumah bagi pengelola atau pemerintah daerah beserta pihak terkait lainnya. Semacam tak ada yang peduli. Jangan-jangan fasilitas paling dibutuhkan para nelayan itu malah terlupakan.
“Memang kondisinya tidak sempurna. Tapi justru ini yang membuat tempat ini unik. Pengunjung bisa merasakan suasana pantai yang asli, bukan yang sudah terlalu modern,” tutur Siti, salah seorang pengunjung pantai yang mengaku sering menghabiskan waktu bersama keluarga dan kerabatnya di pantai itu. Siti sebagai pelancong lokal sering ke pantai itu meski hanya sekedar menikmati makanan ringan tapi paling tidak di sana dia menemukan kebahagiaan.
Keunikan Pantai Kenyamukan tidak hanya terletak pada dermaganya yang semakin menua. Sisi kiri dan kanan, hutan mangrove yang rimbun menambah pesona alam yang sulit ditolak. Air muara yang berubah warna. Dari coklat keruh hingga biru cemerlang tergantung pasang surut air laut menjadi tontonan menarik bagi pengunjung.
Meski pantai telah didandani sejumlah bangunan kios baru untuk UMKM, namun masih ada beberapa fasilitas yang perlu dibenahi. Salah satunya adalah MCK yang belum berfungsi optimal, sebuah isu yang sering menjadi keluhan pengunjung dan pelaku UMKM setempat.
“Kami berharap fasilitas MCK segera diperbaiki. Ini tempat wisata, seharusnya semua fasilitas bisa mendukung kenyamanan pengunjung,” ungkap Dani, salah satu pengunjung lainnya.
Di balik persoalan infrastruktur, ada cerita menarik lainnya tentang bagaimana warga setempat beradaptasi. Para nelayan, misalnya, kini mendapat penghasilan tambahan dengan menyediakan jasa antar-jemput bagi pemancing yang ingin ke dermaga.
“Lumayan lah, bisa dapat tambahan Rp200 ribu sampai Rp500 ribu per hari di akhir pekan. Ini jadi berkah buat kami,” sebut salah satu nelayan yang menyediakan jasa tersebut.
Namun, di tengah potensi yang ada, warga berharap pemerintah daerah dapat memberikan perhatian lebih. Pengembangan kehidupan nelayan dan UMKM, serta perbaikan infrastruktur, menjadi harapan utama masyarakat setempat.
“Pantai Kenyamukan ini bisa jadi ikon wisata Kutai Timur. Lokasinya strategis, di pusat pemerintahan. Kalau dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin ini bisa jadi magnet wisata yang luar biasa,” imbuh pelaut lokal itu.
Pantai Kenyamukan, dengan segala pesona dan tantangannya, adalah cerminan dari potensi wisata Indonesia yang belum sepenuhnya tergali. Ia menunggu sentuhan ekstra, bukan hanya dari pemerintah, tapi juga dari setiap pengunjung yang datang untuk menikmati keindahannya.
Deru suara mesin kapal ketinting dari kejauhan berpadu dengan kicauan burung yang kembali ke sarang, menciptakan simfoni alam menenangkan. Pantai Kenyamukan mungkin belum sempurna, tapi ia memiliki jiwa yang tak dimiliki banyak destinasi wisata modern. Ia adalah potret autentik kehidupan pesisir Indonesia, menanti untuk ditemukan dan diapresiasi oleh lebih banyak pasang mata.(*)