SAMARINDA – Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Timur (BI Kaltim) mengungkapkan berbagai tantangan yang muncul dengan adanya Ibu Kota Negara (IKN) di Kaltim.
Salah satunya adalah potensi kenaikan jumlah penduduk atau pendatang yang signifikan mulai tahun 2024. Hal ini akan meningkatkan kebutuhan pokok, termasuk pangan, dan berpotensi mendorong kenaikan harga.
“Semakin tinggi permintaan, kemungkinan potensi harga semakin naik,” ucap Kepala Perwakilan BI Kaltim, Budi Widihartanto di Hotel Fugo, Jalan Untung Suropati Samarinda, Rabu (17/7/2024).
Ia juga menyoroti keterbatasan suplai pangan di Kaltim, beberapa daerah sulit untuk ditanami tanaman pangan tertentu. Oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan yang matang untuk menjaga wilayah yang masih produktif untuk sektor pertanian.
BI Kaltim mendorong Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan pimpinan daerah untuk menetapkan wilayah-wilayah yang difokuskan untuk tanaman pangan agar tanah-tanah tersebut tidak dieksploitasi untuk sektor lain seperti pertambangan atau perkebunan sawit, yang dapat menyebabkan berkurangnya area untuk tanaman pangan.
“Sektor pertanian ini harus benar-benar dijaga agar tidak dimanfaatkan untuk sektor lain,” lanjutnya.
Dikatakan, pemerintah harus memprioritaskan lahan untuk pertanian, mengingat harga pangan semakin meroket karena masing-masing negara semakin ketat membatasi sektor pangannya.
Ia berharap persentase tanaman pangan bisa terus dikembangkan di Kaltim, meskipun produktivitasnya tidak setinggi di pulau lainnya.
“Dengan adanya produksi tanaman pangan sendiri, paling tidak bisa menstabilisasi harga pangan di Kaltim,” pungkasnya.(jb/ana)
Discussion about this post