BANYUWANGI – Ekspor buah naga dari Banyuwangi ke Asia dan Eropa resmi dilaksanakan, dilepas langsung oleh Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di Desa Jambesari, Kecamatan Sempu, Kamis (24/3) kemarin. Buah naga yang diekspor adalah buah naga organik yang telah mendapatkan sertifikat organik dan buah naga konvensional.
Kegiatan ekspor tersebut, menurut Ipuk, sebagai momentum penting untuk pemulihan ekonomi Banyuwangi di masa pandemi Covid-19.
“Program ekspor ini selaras dengan gerakan Banyuwangi Rebound yang kita usung bersama, gerakan antar sektor untuk pemulihan ekonomi,” ujar Ipuk.
Ipuk juga mengajak para petani di Banyuwangi untuk terus berinovasi. Dengan terbukanya pasar ekspor, para petani juga harus menyesuaikan dengan standard kualitas yang ditetapkan.
“Kita harus mengubah mindset. Jika sudah masuk ke pasar ekspor, jangan hanya berorientasi pada kuantitas saja, tapi juga harus memperhatikan kualitasnya. Gunakan bahan-bahan organik akan semakin menambah nilai jualnya,” terang Ipuk.
Untuk meningkatkan taraf kesejahteraan kaum tani, lanjut Ipuk, Pemkab terus menggandeng banyak pihak untuk bergotong royong menuntaskan berbagai persoalan yang ada.
“Seperti kali ini, saya berterima kasih kepada Yayasan Dharma Bakti Astra yang turut berkolaborasi membina petani kami sampai mengakses pasar ekspor,” ungkap Ipuk.
Untuk memasarkan produk-produk pertanian Banyuwangi ke pasar global tersebut, kolaborasi dijalankan bersama PT Nusa Tropical Indonesia atau Nusa Fresh. Dari kerjasama ini, ekspor buah naga dan sejumlah produk pertanian lainnya akan terus berlangsung secara reguler.
“Untuk yang Banyuwangi ini, kita akan mengekspornya ke Singapura dan ke sejumlah negara Eropa. Tidak kurang ada 15 negara yang telah kita jajaki,” ungkap Chief Marketing Officer Nusa Fresh, Pekik Warnendya, usai bertemu Bupati Ipuk.
Pekik menjelaskan, selain buah naga, komoditas pertanian di Banyuwangi yang akan ikut diekspor pada kegiatan perdana itu adalah Manggis, Rambutan dan Kapulaga.
“Untuk total nilai ekspornya sendiri bisa mencapai Rp1,8 M. Untuk yang perdana ini kita mengirim sekitar 12 ton. Pembeli di sana (mancanegara) meminta pengiriman sebulan sekali untuk produk rempah-rempah, sedangkan buah dan sayurnya seminggu sekali,” terang Pekik.
Pekik sendiri mengungkapkan potensi pertanian Banyuwangi yang sangat melimpah telah cukup lama menjadi pemasok perusahaannya untuk diekspor. Namun, baru kali ini dilakukan proses ekspor secara mandiri, langsung dari Banyuwangi.
“Setidaknya, dalam dua tahun terakhir ini, kita sering mengambil barang dari Banyuwangi. Namun, baru kali ini akan kita lakukan ekspor perdana dari Banyuwangi,” jelasnya.
Sementara itu, kegiatan ekspor buah naga tersebut disambut gembira oleh para petani. Salah satunya adalah, Rukyan. Ia menyebutkan bahwa harganya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penjualan untuk pasar lokal.
“Untuk harganya tentu lebih bagus ekspor. Untuk ekspor, yang organik tembus sampai Rp30 ribu/kg, kalau yang penanaman konvensional Rp18 ribu,” terangnya.
“Selain harganya yang bersaing, dengan ekspor akan memotivasi kita untuk meningkatkan kualitas produk pertanian. Kan standard ekspor tinggi,” pungkasnya.
Discussion about this post