Pengajian dan Pengkajian
Dr. Hartono
Dosen STAIS Kutai Timur dan Sekretaris Majelis Ta’lim Al Ihsan
Pengajian dalam bahasa Arab disebut At-Ta’llimu asal kata ta’allama yata’allamu ta’liiman yang berarti belajar. Sedangkan makna universal-progresif belajar adalah bagian dari kewajiban bagi setiap muslim, kewajiban ini tentu selain bernilai ibadah juga bernilai menggapai ilmu-ilmu yang Allah SWT miliki kemudian semampu kita dipraktekan dalam kehidupan ini.
Kemudian ditengah-tengah kita, konsep pengajian terus bergerak dan bermetramorfosis dengan cara mendatangkan penceramah dan jamaah yang begitu banyak. Fenomena ini ada dimana-mana dan kemungkinan hampir diseluruh Indonesia dengan basis Islam tradisional yang sangat kuat.
Konsep diatas tentu perlu dipertahankan sebagai bentuk dan metode kearifan lokal (local wisdom) dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan. Sebab, tak jarang jamaah yang begitu varian, begitu berlapis membutuhkan cara-cara atau metode yang dinilai instan dan meyenangkan.
Mengapa cara ini dipilih, tentu cara-cara menyampaikan dakwah yang meyenangkan akan mudah diterima oleh jamaah kebanyakan, selain itu kehadiran jamaah dalam sebuah pengajian sejatinya ingin menambahbdan meningkatkan olah spritualnya sehingga diharapkan ketika pulang mendapatkan oleh-oleh.
Pun demikian, metode ini juga pernah dikritisi oleh Ulama’ kenamaan KH. Bahaudiin Nursalim atau sering disapa Gus Baha’
“Sudah waktunya pengajian itu mengkaji kitab yang pernah dikarang oleh ulama-ulama terdahulu sehingga kita tau betul apa yang pernah disampaikan oleh beliau itu,”ucapnya dengan tujuan agar kedepannya kita tidak kehilangan sumbu dan rujukan awal sebab setiap penceramah selalu hadir dengan tafsirnya sendiri-sendiri.
Oleh sebab itu, keterkaitan antara pengajian dan pengkajian disini dinilai penting untuk difahami bersama sehingga setiap selesai acara pengajian kita benar-benar memperoleh hikmah dan dalam kehidupan memiliki sumbangsih yang nyata.
Pengkajian secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya meyiapkan data, penguasaan cabang keilmuan yang sifatnya konferhenship (lengkap) ketika menyampaikan kajian dibidang tertentu, dengan metode ini diharapkan pemahaman umat benar-benar lengkap dan tidak terpotong-potong.
Sebagai contoh dalam kajian Al-Qur’an tentu memiliki multi-keilmuan, disana ada dibidang ilmu alat, ilmu sejarah, ilmu qiroah dan seterusnya. Barangkail lambat laun itulah yang musti dan mampu kita hadirkan secara pelan-pelan serta bertahap. Sebab secara tidak langsung setiap kegiatan keagamaan kita punya tanggung jawab moral dan sosial ditengah-tengah masyarakat kita.
Hilir dari pengajian dan pengkajian salah satunya tentu selalu muncul pertanyaan, apakah segala aktifitas kita sudah menyentuh bidang-bidang yang lain diluar pendidikan. Seperti halnya penguatan pengkaderan studi keislaman umat, bidang pemberdayaan ekonomi umat, penangulangan kenakalan remaja/narkotika, edukasi dan dakwah secara virtual atau bidan-bidang yang lainya.
Jangan sampai kita asik berada di zona nyaman namun ketimpangan diluar sana sangat luar biasa.
Data yang masuk melalui Kepolisian dan Lembaga Lingkar Masyarakat Madani (LMM) bahwa Wahau-Kongbeng menduduki peringkat pertama dan kedua dalam penyalahgunaan narkotika. Tentu ini perlu kita pikirkan bersama, sebab jika kita lengah dan alfa dibidang ini maka generasi-generasi masa depan kita pula yang menjadi taruhanya.
Dibidang studi keislaman, hadirnya berbagai mazhab dan aliran ditengah-tengah kita tentu perlu diperhatikan. Ketika kita membuka media sosial seperti Google ataupun Youtube maka sajian atau konten yang memiliki kecendrungan islam fundamental dengan mudah kita akses atau bahkan dengan mudahnya di share di grup-grup watshapp yang ada.
Inilah bagian data yang perlu disikapi bersama/lintas sektoral, dalam hal ini pemerintah, pihak keamanan, kementrian agama, organisasi keagamaan serta LSM atau NGO yang ada di Muara Wahau dan Kongbeng. Bahwa pengajian dan pengkajian yang selama ini dilakukan apakah sudah memiliki sumbangsih yang signifikan atau belum, jika belum maka upaya dan metode apa yang musti kita hadirkan bersama sehingga nilai kemanfaatan dan kemaslahatan ditengah-tengah umat bernar-benar bisa kita hadirkan bersama.
Discussion about this post