JEMBER : Penurunan angka stunting menjadi perhatian bersama Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten Jember.
Untuk diketahui, Kabupaten Jember menempati zona kuning dengan kasus stunting mencapai 23 persen, sementara kasus stunting nasional pada angka 24,4 persen.
Bupati Jember, Ir. H. Hendy Siswanto, menyampaikan konvergensi penurunan stunting ini merupakan rangkaian usaha yang membutuhkan gerak sinergi bersama yang kompak.
“Konvergensi penurunan stunting ini perlu kekompakan kita bersama dan penurunan stunting ini sangat mulia, mereka generasi bangsa ini yang akan meneruskan kita semua,” ungkap Bupati Hendy Siswanto, Selasa (08/03/2022).
Bupati Hendy berharap dengan adanya kolaborasi BKKBN RI, penurunan stunting bisa lebih maksimal lagi.
Sementara itu, Kepala BKKBN RI, dr. Hasto Wardoyo, menjelaskan bahwa poin penting kedatangannya adalah agar semua anggaran dan program di kementerian untuk stunting harus benar-benar tertuju kepada para penerima di daerah. Khususnya, di Kabupaten Jember.
“Harus sampai ke mulutnya ibu hamil, bayi dan keluarga,” imbuhnya.
Poin penting kedua adalah supaya tidak meleset. Artinya, data harus jelas. Bahkan, BKKBN menyediakan data terkait dengan data keluarga yang berisiko terjadi stunting.
“Kalau ada pasangan usia subur, tapi sudah berusia 36 tahun maka akan kami catat sebagai keluarga berisiko lantaran terlalu tua, sama juga terlalu muda juga resiko tinggi, misal menikah umur 16 tahun itu harus jadi catatan supaya selalu dimonitor,” ungkapnya.
Di samping itu juga, masyarakat masih ada yang acuh terhadap kualitas sanitasi di rumahnya, yang penting airnya ada tapi tidak layak. Disinilah pemerintah harus hadir, mindset seperti itu harus perlahan diubah.
“Belum lagi pemberian gizi yang tidak diatur, anaknya nangis lalu dibelikan mie, cilok nah ini gizinya rendah, padahal lebih bagus dikasih telur dengan gizi yang lebih baik,” pesan Hasto.
Discussion about this post