KUTAI TIMUR – Yuliana Rafu didampingi suaminya, Albertus Nahak dan Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Kalimantan Timur (Kaltim) Kornelis Gatu resmi mengadukan kasus dugaan salah operasi yang dialaminya pada 2016 silam ke Polda Kaltim.
Dikonfirmasi terkait hal tersebut, Kornelis Gatu menyampaikan bahwa aduan pada tanggal 06 Januari 2022 tersebut dialamatkan secara personal terhadap oknum dokter berinisial HO yang menangani operasi Yuliana pada 2016 silam.
Dirinya juga menyebutkan bahwa aduan tersebut fokusnya pada dugaan malpraktek yang dilakukan pada saat penanganan operasi kaki Yuliana sehingga mengalami nyeri secara permanen pasca ‘salah operasi kaki’ tersebut.
“Kami menuntut secara pidana terhadap dugaan malpraktek tersebut, kebetulan saya tinggal di Samarinda makanya pelaporan kami arahkan ke Polda. Dari kepolisian saat ini sudah meminta keterangan dari pihak korban, hingga saat ini kami belum pernah ketemu dengan oknum dokter tersebut sejak pasca kejadian,” terangnya. Sabtu (08/01/2022).
Dikonfirmasi terpisah, Yuliana bersama suaminya saat ditemui langsung menyampaikan bahwa hingga saat ini dirinya masih merasakan efek dari kejadian salah operasi tersebut, terutama rasa nyeri di kaki kanan yang sebelumnya normal dan malah dioperasi.
Wanita kelahiran tahun 1978 ini juga menyampaikan bahwa selain nyeri, dirinya juga kesulitan untuk melakukan aktifitas yang mengharuskan dirinya mengambil posisi jongkok atau duduk bersila.
“Nyerinya setiap hari, sejak pasca operasi hingga saat ini, nyeri ini yang membatasi aktifitas,” ujarnya.
Menambahkan, suami dari Yuliana, Albertus Nahak menyampaikan sedikit kronologi sebelum ibu dari 8 anaknya tersebut di operasi. Menurutnya sebelum proses operasi, kaki kiri istrinya yang bermasalah akibat terlindas alat berat tersebut sudah diperban. Namun saat operasi, malah yang disambung pen adalah kaki kanan yang tidak mengalami gangguan.
Atas kejadian tersebut, menurutnya, istrinya harus kembali menjalani operasi pada kaki kanan yang sebelumnya dipasang pen dan kaki kirinya untuk dipasang pen.
“Kami ini orang bodoh, buta huruf, saat itu saya takut apalagi saya mempunyai banyak anak, sudah istri saya kena musibah, kalau saya lapor nanti saya takutnya malah tambah masalah, saat ini kami hanya minta keadilan saja,”katanya.
Dikonfirmasi setelahnya, oknum dokter yang menangani operasi tersebut enggan memberikan komentar terkait kejadian tersebut saat dikonfirmasi melalui sosial media Whatss App dan dihubungi langsung melalui ponsel pribadinya.
Discussion about this post